home

search

Kamis, 15 April 2010

charger gerak

Mobile Charger Tenaga Gerak Manusia
[Menerjemahkan]


Mobile Charger Tenaga Gerak Manusia. Cukup Dikaitkan ke Ikat Pinggang, Baterai HP pun Penuh
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tak pernah sepi karya. Seorang mahasiswa Jurusan Teknik Mesin di kampus tersebut baru saja membuat charger handphone yang energinya berasal dari gerak tubuh manusia.

BENTUKNYA kotak terbuat dari fiberglass bening. Ada pengait di salah satu sudut kotak. Di dalamnya ada dua komponen utama yakni emergency charger dan senter kocok (senter yang memiliki kumparan dan magnet sebagai sumber energinya) yang telah dipasangi pegas. Alat tersebut tidak terlalu besar sehingga cocok dibawa saat berpergian.


Emergency charger memang bukan barang yang aneh. Di toko-toko aksesori HP sudah banyak dijual. Harganya juga murah sekitar Rp 30 ribu. Senter kocok, meski lebih langka, juga bisa pula ditemui di pasaran. Kelebihan alat ini terletak pada sumber energi yang digunakan untuk mengoperasikan alat tersebut. Sumber energinya cukup dengan gerak tubuh manusia.

“Gerak tubuh orang inilah yang akan menyuplai daya ke senter kocok,” ujar Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ITS Muchamad Rudy Hermanto, pembuat Mobile Charger Tenaga Gerak Manusia (MCTGM). MCTGM adalah alat untuk mengisi ulang baterai jenis AA. Energi pada baterai tersebut selanjutnya ditransfer ke baterai pada ponsel melalui emergency charger.

Arus listrik yang didapat berasal dari gerakan manusia. Asalkan, senter kocok di dalam kotak fiberglass bergerak, arus listrik bisa dialirkan ke baterai. Tidak sulit untuk mendapatkan energi dari gerak tubuh manusia tersebut. Misalnya dengan mengaitkan kotak tersebut ke tali ikat pinggang. Ketika pemakai ikat pinggang itu bergerak, otomatis kotak itu bergerak dan terciptalah arus listrik.

Namun harus ada modifikasi senter kocok terlebih dahulu. Normalnya, ada 3000 lilitan pada senter kocok. Tapi untuk alat ini dibutuhkan 4000 lilitan. Anto–panggilan Muchamad Rudy Hermanto–pun harus membongkar kumparan terlebih dahulu sebelum membuat lilitan.

Di samping itu, magnet pun harus ditukar dengan magnet yang memiliki daya lebih besar. Senter kocok juga harus ditambahi pegas tertentu yang terbuat dari stainless steel. Pegas menjaga gerakan magnet agar stabil menghasilkan energi yang optimal.

“Pegasnya harus pesan,” tambahnya. Pegas yang digunakan memang memiliki ukuran dan bahan tertentu (Stainless Steel). Relatif kecil dan sulit dicari di pasaran. Anto berinisiatif memesan ke sebuah pabrik di kawasan Manukan Surabaya. Dia diterima langsung oleh pemilik pabrik. Karena pemilik pabrik tertarik, Anto akhirnya mendapat pegas itu secara cuma-cuma alias gratis. “Alat Anda menarik, semoga suatu saat bisa diperbanyak,” ucap Anto menirukan pemilik pabrik yang menerimanya.

Biaya pembuatan alat hanya sekitar 50 ribu rupiah. Tidak termasuk kotak fiber glass. Kotak tersebut sebenarnya bisa diganti dengan kotak tripleks atau kotak dari bahan apa pun. Selama membuat tugas akhir itu, Anto dibimbing oleh dosennya, Harus Laksana Guntur.
dari : http://www.smp1bojonegoro.net/main/?p=105

0 komentar:

Posting Komentar